Suatu hari, ketika aku (tanpa embel-embel adek-adekku) diajak ke kondangan oleh kedua orangtuaku. Betapa bahagianya aku karena hal seperti ini jarang terjadi, dan hal ini membuat aku teringat ketika aku masih kecil dan belum mempunyai saingan (baca:adek) dalam mendapatkan perhatian orangtua :D
Oke, saatnya bercanda.
Waktu masuk ke ball room tempat sang mempelai lelaki resmi melepas masa kebebasannya which is too bad for him. Aku bersama keluarga langsung digiring ke tempat VIP, DEG! Aku heran karena aku sendiri juga engga yakin kenapa dijadiin tamu VIP. "Ma, ini beneran nih ma duduk di tempat VIP? Apa engga diusir entar ma?" tanya diriku. Terus mamaku bilang "Engga apa-apa, yang penting entar makanannya dianter kesini".
OK! Mendengar kata-kata mamaku aku jadi engga peduli mau diusir. Yang penting makan gratis, enak dan dianterin ke meja! YEI!
And guess what? ternyata cara makannya sama seperti kondangan lain. Prasmanan.
Yak! Ngantri buat ngambil makan.
Tapi karena antrian terlalu panjang, aku memilih makan es krim, prata, somay, sama anu....sate. And guess what? Ga ada air minum. yei!
Di sela-sela aku membabi buta makanan di piring, aku memperhatikan kedua mempelai yang tampak menebar senyum ke seluruh pengunjung yang ada. Heran deh, kok bisa ya nahan senyum selama acara berlangsung?
Aku perhatikan kedua mempelai tersebut dari jauh, dekat, kiri dan kanan. Dan akhirnya aku bisa menyimpulkan sedikit kenapa mereka bisa tersenyum begitu puas. Mereka berhasil memperjuangkan hubungan mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi yang mana membutuhkan keberanian untuk menggapainya. Suatu jenjang yang tidak bisa lagi diangga main-main karena sudah ada ikatan suci yang mengikat antara satu dan yang lain. Dan suatu ikatan yang memperbolehkan mereka melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan sebelumnya. Aneh.
Jujur aku agak iri dengan mereka, karena kalo dilihat-lihat hubungan yang pernah aku jalani itu ada yang dimulai dengan rasa kasihan yang pada akhirnya kandas, lalu dimulai dengan dendam yang pada akhirnya aku tidak menggubrisnya lagi dan sekarang rumit namun aku menyukainya. Suatu hubungan yang tidak jelas menurut aku dimana ketidak jelasan itu sesuatu yang aku dan dia pilih untuk jalani, dan mungkin ketidak jelasan itu disebabkan oleh masa lalu.
Eniwei, Es Krim yang terjatuh. Aku ingin bilang kalo hubungan yang aku jalani seperti es krim tapi tidak.
Jadi, kembali ke kondangan. Sewaktu mau pulang mamaku memberikan 2 gelas es krim buat adek-adekku di rumah. Singkat cerita, di mobil karena kekenyangan aku sibuk memegangi perut sambil ngupil. Lalu, BLAM. Mobil yang aku naiki menghantam LOBANG JALAN. Dan aku engga peduli selama aku bisa ngupil. Andai saja semudah itu namun tidak. Aku sadar 2 gelas es krim yang mamaku kasih untuk adek-adekku engga ada di samping aku lagi.
OK. Aku mencoba untuk tenang. Dan mencari dan akhirnya menemukan 2 gelas yang telah kosong alias engga ada isi yang berarti es krimnya jatuh entah kemana. DAMN!
Bisa jadi masalah kalo mamaku tahu. Akhirnya dengan hati-hati aku mengobok-obok bagian bawah jok mobil. YEAH. DAN KETEMU! DOUBLE YEAH!! dan langsung aku masukin lagi ke dalem gelas. dan sesampainya dirumah tanpa rasa berdosa aku berika es krim yang terjatuh kepada dua cecunguk (adek-adek ku). Dan kata pertama yang mereka ucapkan setelah memakan es krim tsb adalah "ENAK LO MAS!".
Dalam hati aku berkata, "Bakal lebih enak lagi kalo belum jatuh ke bawah jok mobil"
Senin, 12 Juli 2010
Langganan:
Komentar (Atom)